" A "
10807179
56
730
Pembentukan karakter anak otak kiri adalah kualitas dalam kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. Pendidikan karakter dilakukan dengan menanamkan karakter tersebut pada peserta didik. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, tentu harus lebih memahami apa dan bagaimana pendidikan karakter tersebut. pendidikan karakter dapat diklasifikasikan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1. Adab (5-6 tahun)
Pada fase ini, anak didik budi pekerti, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter: jujur (tidak berbohong), mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mengenal mana yang baik dan mana yang buruk, serta mengenal mana yang diperintah (yang dibolehkan) dan mana yang dilarang (yang tidak boleh dilakukan).
2. Tanggung jawab diri (7-8 tahun)
Perintah agar anak usia 7 tahun mulai menjalankan sholat menunjukkan bahwa anak mulai dididik untuk bertanggung jawab, terutama dididik bertanggung jawab pada diri sendiri.
3. Caring-peduli (9-10 tahun)
Setelah anak dididik tentang tanggung jawab diri, maka selanjutnya anak dididik untuk mulai peduli pada orang lain, terutama teman-teman sebaya yang setiap hari ia bergaul. Menghargai orang lain (hormat kepada yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih muda), menghormati hak-hak orang lain, bekerja sama di antara teman- temannya, serta membantu dan menolong orang lain, merupakan aktivitas yang sangat penting pada masa ini.
4. Kemandirian (11-12 tahun)
Berbagai pengalaman yang telah dilalui pada usia-usia sebelumnya makin mematangkan karakter anak sehingga akan membawa anak kepada kemandirian.
5. Bermasyarakat (13 tahun ke atas)
Tahap ini merupakan tahap di mana anak dipandang telah siap memasuki kondisi kehidupan di masyarakat. Anak diharapkan telah siap bergaul di masyarakat dengan berbekal pengalaman-pengalaman yang dilalui sebelumnya. Ada strategi dan cara yang tepat dalam mengaplikasikan pendidikan karakter, terutama pada AUD, yaitu dapat melalui penyeimbangan otak kanan dan otak kiri.
Keseimbangan otak kanan dan kiri dapat membentuk karakter anak dan dapat dilakukan sejak dini. Karakter yang ingin dikembangkan tentu saja karakter asli orang indonesia yang berbudi luhur, cerdas, dan beragama. Penyeimbangan otak kanan dan kiri ini haruslah berupa perpaduan stimulasi dari lingkungan tempat anak berada, yaitu rumah dan sekolah. Bila di rumah diajarkan ABCD, di sekolah pun juga diajarkan ABCD (bukan EFGH).
Di rumah, keluarga terutama orang tua dapat menjadi sumber belajar bagi anak, serta memberikan stimulasi yang tepat bagi anak melalui pembiasaan-pembiasaan. Begitu pula di sekolah, anak di stimulasi dengan tepat melalui pembiasaan dan kegiatan bermain. Kegiatan bermain tersebut disesuaikan dengan karakteristik anak.
Demi mendukung perkembangan otak kanan dan otak kiri siswa di lingkungan SMPN 23 Bandar Lampung, sekolah mengadakan kegiatan yang dilaksanakan setiap hari jumat secara bergantian, yaitu:
1. Mendengarkan tausiyah atau ceramah agama pada jumat pekan pertama
2. Senam kesehatan jasmani pada jumat pekan kedua
Read MorePembentukan karakter anak otak kiri adalah kualitas dalam kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. Pendidikan karakter dilakukan dengan menanamkan karakter tersebut pada peserta didik. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, tentu harus lebih memahami apa dan bagaimana pendidikan karakter tersebut. pendidikan karakter dapat diklasifikasikan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1. Adab (5-6 tahun)
Pada fase ini, anak didik budi pekerti, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter: jujur (tidak berbohong), mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mengenal mana yang baik dan mana yang buruk, serta mengenal mana yang diperintah (yang dibolehkan) dan mana yang dilarang (yang tidak boleh dilakukan).
2. Tanggung jawab diri (7-8 tahun)
Perintah agar anak usia 7 tahun mulai menjalankan sholat menunjukkan bahwa anak mulai dididik untuk bertanggung jawab, terutama dididik bertanggung jawab pada diri sendiri.
3. Caring-peduli (9-10 tahun)
Setelah anak dididik tentang tanggung jawab diri, maka selanjutnya anak dididik untuk mulai peduli pada orang lain, terutama teman-teman sebaya yang setiap hari ia bergaul. Menghargai orang lain (hormat kepada yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih muda), menghormati hak-hak orang lain, bekerja sama di antara teman- temannya, serta membantu dan menolong orang lain, merupakan aktivitas yang sangat penting pada masa ini.
4. Kemandirian (11-12 tahun)
Berbagai pengalaman yang telah dilalui pada usia-usia sebelumnya makin mematangkan karakter anak sehingga akan membawa anak kepada kemandirian.
5. Bermasyarakat (13 tahun ke atas)
Tahap ini merupakan tahap di mana anak dipandang telah siap memasuki kondisi kehidupan di masyarakat. Anak diharapkan telah siap bergaul di masyarakat dengan berbekal pengalaman-pengalaman yang dilalui sebelumnya. Ada strategi dan cara yang tepat dalam mengaplikasikan pendidikan karakter, terutama pada AUD, yaitu dapat melalui penyeimbangan otak kanan dan otak kiri.
Keseimbangan otak kanan dan kiri dapat membentuk karakter anak dan dapat dilakukan sejak dini. Karakter yang ingin dikembangkan tentu saja karakter asli orang indonesia yang berbudi luhur, cerdas, dan beragama. Penyeimbangan otak kanan dan kiri ini haruslah berupa perpaduan stimulasi dari lingkungan tempat anak berada, yaitu rumah dan sekolah. Bila di rumah diajarkan ABCD, di sekolah pun juga diajarkan ABCD (bukan EFGH).
Di rumah, keluarga terutama orang tua dapat menjadi sumber belajar bagi anak, serta memberikan stimulasi yang tepat bagi anak melalui pembiasaan-pembiasaan. Begitu pula di sekolah, anak di stimulasi dengan tepat melalui pembiasaan dan kegiatan bermain. Kegiatan bermain tersebut disesuaikan dengan karakteristik anak.
Demi mendukung perkembangan otak kanan dan otak kiri siswa di lingkungan SMPN 23 Bandar Lampung, sekolah mengadakan kegiatan yang dilaksanakan setiap hari jumat secara bergantian, yaitu:
1. Mendengarkan tausiyah atau ceramah agama pada jumat pekan pertama
2. Senam kesehatan jasmani pada jumat pekan kedua
Judul Artikel
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam accumsan lacus eget velit
Profession
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam accumsan lacus eget velit
Profession
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam accumsan lacus eget velit
Profession
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam accumsan lacus eget velit
Profession
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam accumsan lacus eget velit
Profession
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam accumsan lacus eget velit
Profession
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam accumsan lacus eget velit